Monday, July 30, 2012

Busana Muslim Tanah Abang Untuk Besar [Bagian 1]



Busana Muslim Tanah Abang Untuk Besar - Penjualan jilbab, mukena, dan baju muslim sudah mulai meningkat di pekan pertama Ramadan ini. Peningkatan penjualan bahkan sudah mencapai dua kali lipat.  Keramaian pembeli yang datang pasar ini mulai meningkat sejak awal Ramadan. Sejumlah toko busana muslim menuturkan penjualannya meningkat 100 persen di pekan pertama Ramadan ini.

Ramadan ini, penjualannya meningkat dua kali lipat dari hari biasa. Sebenarnya sudah mulai ramai sejak sebulan sebelum Ramadan, yang beli para pedagang. Nanti mereka jual lagi di daerahnya. Kalau sudah masuk Ramadan tinggal pembeli eceran.

Pada hari biasa, penjualan jilbab rata-rata 100 potong jilbab per hari. Pada bulan Ramadan bisa mencapai 200 potong per hari. Kalau mukena, hari biasanya laku sekitar 6 potong. Kalau sudah masuk Ramadan bisa laku 12 potong per hari. Kalau hari biasa, pendapatan Rp 1 juta-Rp 1,5juta. Sekarang masuk Ramadan kadang Rp 3 juta atau kalau nanti bisa sampai Rp 10 juta.

Selain dari daerah Jabodetabek, Pasar Tanah Abang juga banyak didatangi oleh pembeli dari daerah seperti Sumatera, Kalimantan, Papua, dan Sulawesi. Bahkan pembeli dari luar negeri seperti Malaysia, Vietnam, Filipina, Hongkong, dan Arab juga ikut berburu keperluan Lebaran di Tanah Abang.

Yang beli dari daerah-daerah juga ada seperti dari Sumatera, Papua, Banjarmasin, Makassar. Mereka belinya grosir. Ada yang sekali beli habisnya ratusan juta, salah satunya itu dari Makassar. [bmb/ya]


Selanjutnya

Busana Muslim Tanah Abang Untuk Besar [Bagian 2]



Busana Muslim Tanah Abang Untuk Besar - Ramadan ini, penjualannya meningkat dua kali lipat dari hari biasa. Sebenarnya sudah mulai ramai sejak sebulan sebelum Ramadan, yang beli para pedagang. Nanti mereka jual lagi di daerahnya. Kalau sudah masuk Ramadan tinggal pembeli eceran.

Pada hari biasa, penjualan jilbab rata-rata 100 potong jilbab per hari. Pada bulan Ramadan bisa mencapai 200 potong per hari. Kalau mukena, hari biasanya laku sekitar 6 potong. Kalau sudah masuk Ramadan bisa laku 12 potong per hari. Kalau hari biasa, pendapatan Rp 1 juta-Rp 1,5juta. Sekarang masuk Ramadan kadang Rp 3 juta atau kalau nanti bisa sampai Rp 10 juta.

Selain dari daerah Jabodetabek, Pasar Tanah Abang juga banyak didatangi oleh pembeli dari daerah seperti Sumatera, Kalimantan, Papua, dan Sulawesi. Bahkan pembeli dari luar negeri seperti Malaysia, Vietnam, Filipina, Hongkong, dan Arab juga ikut berburu keperluan Lebaran di Tanah Abang.Yang beli dari daerah-daerah juga ada seperti dari Sumatera, Papua, Banjarmasin, Makassar. Mereka belinya grosir. Ada yang sekali beli habisnya ratusan juta, salah satunya itu dari Makassar. Barangnya mau dijual lagi. Angka pembelian ini akan masih terus melinjak naik nanti di bulan Ramadan minggu kedua hingga minggu terakhir.

Walaupun sekarang penjualan sedang menurun sejenak, namuan bila menilik pengalaman tahun-tahun sebelumnya, industri pakaian akan rame lagi nanti di minggu kedua sampai minggu terakhir bulan puasa.  Meski ada peningkatan pembelian, para pedagang tetap tidak memberikan kenaikan harga. [bmb/ya]

Industrialisasi Ramadhan versus Kesederhanaan Kiayi Kampung [Bagian 1]



Industrialisasi Ramadhan versus Kesederhanaan Kiayi Kampung - Bulan Ramadhan berarti bulan penuh dengan berkah. Datangnya bulan Ramadhan berarti rizki akan bertambah, namun selain itu juga, pengeluaran akan bertambah dengan bertambah naiknya harga-harga barang yang beredar di Masyarakat. Tapi, sudah menjadi rahasia umum bila di bulan Ramadhan, yang naik tidak hanya harga, tapi juga kejahatan, pengemis jalanan dan juga uang palsu.

Naiknya harga tidak menyebabkan berkurangnya minat masyarakat terhadap tren busana muslim di Indonesia yang paling baru. Tren baru  busana muslim pada Ramadah kali ini diantaranya adalah motif bordir baju koko ala SBY. Dan juga busana dengan motif kaftan ala Syahrini, yang serba ”blink” di aksen leher, dada, hingga perut.

Ramadhan memang serba ”blink”. Diperkirakan uang yang berputar senilai Rp 64 triliun di Bulan ini. Bahkan, mal-mal menaikkan jumlah penjualan produk mereka hingga 40 persen. Hal ini mencerminkan hasrat-hasrat konsumerisme yang dilegitimasi oleh kebutuhan rohani dan dikapitalisasi oleh industri. Inilah ”industrialisasi puasa”.

Sesungguhnya, puasa bukanlah sekadar tidak makan dan minum selama sebulan penuh, tetapi merujuk perilaku manusia ”muttagin”, yakni nilai keutamaan manusia, seperti tidak tamak, toleran, sabar, berbagi, dan lain-lain. Dengan kata lain, puasa adalah sebuah perlawanan terhadap hasrat-hasrat konsumerisme.

Hasrat konsumerisme adalah cermin sebuah perilaku fashion, layaknya mengonsumsi kaftan Syahrini, tidak lagi sekadar berkehendak, tetapi mengalami, memiliki, serta mengejar, yang tidak pernah berhenti mengikuti tren, sebuah nihilisme yang terus dibarukan dan diremajakan. [bmb/ya]


Selanjutnya

Industrialisasi Ramadhan versus Kesederhanaan Kiayi Kampung [Bagian 2]



Industrialisasi Ramadhan versus Kesederhanaan Kiayi Kampung - Hasrat konsumerisme adalah cermin sebuah perilaku fashion, layaknya mengonsumsi kaftan Syahrini, tidak lagi sekadar berkehendak, tetapi mengalami, memiliki, serta mengejar, yang tidak pernah berhenti mengikuti tren, sebuah nihilisme yang terus dibarukan dan diremajakan. Inilah kerja kapitalisasi. Celakanya, kapitalisasi sering mengambil jalan pintas, serba vulgar, dan tidak esensial yang menjadi daya hidup era ini.

NU mengajarkan bahwa kita harus mewarisi tradisi, tetapi terbuka pada inovasi. Sesungguhnya kita banyak mengalami lompatan yang luar biasa, tetapi juga kehilangan yang luar biasa. Ketua NU sekaligus Ketua Majelis Wali Amanah UI saat menyambut berdirinya Abdurrahman Wahid Center di Universitas Indonesia juga berkata hal yang sama. Kiai ini hadir di tengah tengah mahasiswa dengan mengenakan kopiah ala kiai desa, meski tentu saja kopiahnya tidak sepopuler fashion ala Ustaz Jefry.

Memang benar, negeri ini telah banyak mengalami kehilangan luar biasa. Termasuk kehilangan sebuah kerisauan Gus Dur, yakni hilangnya ruang komunikasi bagi keteladanan kiai-kiai kampung, justru di tengah industrialisasi pesan-pesan agama. Kiai kampung dengan sarung dan kopiah sederhana, yang menghidupi desa-desa dengan bekerja bersama rakyat, mengajar dan menemani daya hidup desa yang beragam. Merekalah yang menghidupi sejarah toleransi Islam serta kebangsaan di sudut-sudut Indonesia.

Oleh karena itu, di bulan Ramadhan yang serba ”blink” ini, saya memilih mendengarkan tembang-tembang santi suaran, tembang Islami dengan iringan gamelan. [bmb/ya]


Selanjutnya

Industrialisasi Ramadhan versus Kesederhanaan Kiayi Kampung [Bagian 3]



Industrialisasi Ramadhan versus Kesederhanaan Kiayi Kampung - Sesungguhnya kita banyak mengalami lompatan yang luar biasa, tetapi juga kehilangan yang luar biasa. Ketua NU sekaligus Ketua Majelis Wali Amanah UI saat menyambut berdirinya Abdurrahman Wahid Center di Universitas Indonesia juga berkata hal yang sama. Kiai ini hadir di tengah tengah mahasiswa dengan mengenakan kopiah ala kiai desa, meski tentu saja kopiahnya tidak sepopuler fashion ala Ustaz Jefry.

Memang benar, negeri ini telah banyak mengalami kehilangan luar biasa. Termasuk kehilangan sebuah kerisauan Gus Dur, yakni hilangnya ruang komunikasi bagi keteladanan kiai-kiai kampung, justru di tengah industrialisasi pesan-pesan agama. Kiai kampung dengan sarung dan kopiah sederhana, yang menghidupi desa-desa dengan bekerja bersama rakyat, mengajar dan menemani daya hidup desa yang beragam. Merekalah yang menghidupi sejarah toleransi Islam serta kebangsaan di sudut-sudut Indonesia.

Oleh karena itu, di bulan Ramadhan yang serba ”blink” ini, saya memilih mendengarkan tembang-tembang santi suaran, tembang Islami dengan iringan gamelan, yang dalam sejarah Islam menghidupi masjid-masjid sebagai bagian dari Islam kultural.

Simaklah cuplikan tembang ”Ilir-ilir” yang digunakan Sunan Kalijogo untuk menumbuhkan Islam di tanah Jawa (terjemahan bebas):

Lir-ilir tandure wis sumilir

Bangunlah, saatnya menanam benih pikiran dengan kejernihan

Tak ijo royo-royo tak senggah temanten anyar

Suburkanlah nilai manfaat, inilah nilai membawa kegembiraan baru

Cah angon-cah angon penekno blimbing kuwi ....

Gembalakan hati kamu, hidupkan dirimu dengan rukun Islam

(Catatan: belimbing dengan lima sisi adalah simbol dari rukun Islam) [bmb/ya]

Mal Busana Muslim Online Indonesia Untuk Dunia [Bagian 1]



Mal Busana Muslim Online Indonesia Untuk Dunia - Di zaman sekarang ini, kebutuhan para wanita akan situs belanja online semakin tinggi. Hal ini dikarenakan situs belanja online yang mengkhususkan diri pada produk produk fashion menjadi pilihan utama perempuan dalam memenuhi kebutuhan penampilannya. Tak hanya di Indonesia, namun juga fenomena ini terjadi di berbagai negara. HijUp.com, merupakan mal online yang mengkhususkan diri mereka untuk busana muslim. Mereka pun mengambil celah pasar ini dan terjuan ke dalam dunia maya. Kebutuhan akan busana muslim, nyatanya bukan hanya milik Indonesia sebagai negara dengan penduduk muslim terbanyak. Pengguna busana muslim dari negara berpenduduk muslim maupun negara-negara barat juga mendambakan koleksi busana muslim yang menjunjung nilai nilai Islami namun juga tetap gaya dan trendy.

Berdiri sejak tanggal 1 Agustus 2011, HijUp yang ingin memberikan solusi berbusana muslim lebih modern dan juga ekspresif, sudah berhasil menggaet satu juta visitor, dan memiliki banyak sekali pelanggan setia yang berasal dari berbagai negara.

Sekitar 30 persen pembeli berasal dari luar negeri. Mereka adalah muslimah asal negara setempat, bukan orang Indonesia muslim yang tinggal di sana. Mereka menyukai koleksi busana muslim di HijUp yang notabene adalah busana muslim rancangan para desainer Indonesia. Alasannya tentu saja karena busana muslim karya desainer Indonesia terkenal nyaman, adaptif, unik dan juga berkarakter.

Selain Indonesia, koleksi busana muslim rancangan 30 desainer lokal ini digemari di negara lain. [bmb/ya]


Selanjutnya

Mal Busana Muslim Online Indonesia Untuk Dunia [Bagian 2]



Mal Busana Muslim Online Indonesia Untuk Dunia - Selain Indonesia, koleksi busana muslim rancangan 30 desainer lokal ini digemari di negara lain seperti Malaysia, Singapura, Australia, Perancis, Inggris, Jerman, Rusia, Dubai, Arab Saudi, Kanada, dan juga Amerika Serikat. Jumlah visitor internasional terbanyak berasal dari Amerika Serikat. Namun kalau pembeli asing kebanyakan dari Malaysia dan juga London. Pada masa awal berdirinya HijUp, permintaan pertama pihak asing datang dari Brunei Darussalam.

Koleksi busana muslim bergaya muda dan modern, dengan konsep padu padan menjadi ciri khas HijUp. Itulah sebabnya busana muslim dari para desainer muda Indonesia ini digemari oleh masyarakat dunia. Perempuan dari berbagai kalangan, termasuk eksekutif muda di berbagai negara. Konsep padu padan yang diusung menyebabkan para konsumen HijUp mempunyai banyak pilihan busana. Konsep busana padu padan juga memudahkan perempuan di setiap negara untuk memenuhi kebutuhan berpakaian karena fashion muslim HijUp bisa diaplikasikan sesuai dengan kebiasaan di negara masing masing.

Banyak pembeli internasional yang repeat order karena mereka merasa nyaman dalam mengenakan busana muslim buatan Indonesia. Busana muslim HijUp dapat diterima oleh pasar luar negeri karena HijUp bisa memberikan sentuhan busana yang fleksibel sesuai dengan kebutuhan, baik itu situasi, kondisi, dan juga adat istiadat. Di Eropa misalnya, mereka lebih menyukai koleksi jaket karena udara Eropa yang dikenal sangat dingin.

Saat ini, e-commerce telah menjadi solusi bagi perempuan di seluruh dunia untuk mendapatkan inspirasi gaya dan koleksi busana muslim mereka. [bmb/ya]


Selanjutnya

Mal Busana Muslim Online Indonesia Untuk Dunia [Bagian 3]



Mal Busana Muslim Online Indonesia Untuk Dunia - Saat ini, e-commerce telah menjadi solusi bagi perempuan di seluruh dunia untuk mendapatkan inspirasi gaya dan koleksi busana muslim mereka. Terutama dari rancangan desainer muda Indonesia yang mendapatkan apresiasi tinggi di banyak negara. HijUp ingin menjangkau pasar dengan lebih mudah melalui media internet. HijUp berusaha memberikan solusi berbusana untuk muslimah, juga memberikan wadah bagi desainer busana muslim Indonesia untuk mengenalkan koleksinya. Untuk rencana jangka panjang HijUp ke depan, online mall ini akan lebih atraktif dengan buyer dan akan memiliki lebih banyak lookbook. HijUp menargetkan akan mendapatkan pertambahan desainer hingga 50 orang pada akhir tahun ini.

Bagi salah satu desainer, tenant HijUp, Hanna Farid dari Label Casa Elana, online mall memudahkannya untuk menjual busana muslim tanpa harus mengganggu produktivitasnya dalam berkreasi. Sejak awal Casa Elana yang didirikan oleh tiga perempuan, ibu satu anak, ingin fokus pada urusan produksi dan tidak berurusan dengan penjualan yang memakan waktu dan juga perhatian.

Situs belanja online fashion muslim ini menyasar perempuan dengan usia 18-40 tahun. Namun perempuan usia berapa pun yang ingin tampil berkarakter dan bergaya muda dengan busana muslim, dapat memilih gaya pakaian HijUp ini. Sasarannya lebih ke gaya busana muslim modern, perempuan yang berjiwa muda, ekspresif, dan peduli dengan penampilannya, bahkan untuk mendukung kariernya. Tak ada larangan bagi perempuan muslim untuk berekspresi. [bmb/ya]


Selanjutnya

Mal Busana Muslim Online Indonesia Untuk Dunia [Bagian 4]



Mal Busana Muslim Online Indonesia Untuk Dunia - Situs belanja online fashion muslim ini menyasar perempuan dengan usia 18-40 tahun. Namun perempuan usia berapa pun yang ingin tampil berkarakter dan bergaya muda dengan busana muslim, dapat memilih gaya pakaian HijUp ini. Sasarannya lebih ke gaya busana muslim modern, perempuan yang berjiwa muda, ekspresif, dan peduli dengan penampilannya, bahkan untuk mendukung kariernya. Tak ada larangan bagi perempuan muslim untuk berekspresi dengan busananya, menggunakan busana warna-warni selama masih mematuhi kaidah seperti menutupi dada, bokong, dan tidak ketat, juga tidak transparan.

Untuk menjangkau lebih banyak pelanggan internasional, HijUp pun mengembangkan sistem pembayaran, selain layanan berbahasa asing. Pembayaran untuk pembeli internasional sudah bisa menggunakan payment gateway dengan PayPal. Harga produk pun sudah dikonversi dalam mata uang dollar. Sementara untuk pelanggan Indonesia, pembayaran masih manual dengan transfer. Ke depan, sistem pembayaran dengan kartu kredit dan transaksi online akan disediakan untuk memudahkan para konsumen dalam berbelanja.

Produk di HijUp tersedia dari harga Rp 15.000 untuk aksesori, dan dress sekitar Rp 500.000. Pengiriman untuk jarak dekat bisa dipenuhi dalam 1-2 hari, namun untuk internasional sekitar 3-7 hari. Desainer muda yang memercayakan koleksinya dipasarkan melalui mal online ini di antaranya Ria Miranda, dan Jenahara, pendiri Hijabers Community.

Setiap desainer menghadirkan karakter busana yang berbeda. Perbedaan karakter inilah yang menjadi nilai jual sekaligus kekuatan busana muslim Indonesia. Jadi meski dipasarkan bebas melalui internet, busana muslim Indonesia akan tetap mempunyai penggemar setia yang mencari koleksi asli dan bukan tiruan. Karena dijual melalui internet, negara lain bisa saja meniru. Namun karakter tak bisa ditiru, dan orang akan bangga jika memakai koleksi asli para desainer yang membuatnya dan dijual melalui HijUp. [bmb/ya]