Friday, January 25, 2013

Menerima Makloon Jahit Topi [Bagian 1]


Demokrasi Monokromatik Indonesia di Tahun 2012

Menerima Makloon Jahit Topi - Catatan editorial Deutsche Welle mengenai Indonesia 2012 menyoroti masalah toleransi yang semakin mencemaskan di negara demokrasi bernama Indonesia. Bagaimana melihat Indonesia masa kini? Potret tentang Indonesia mutakhir bisa berbeda-beda. Bagi banyak orang di dunia, khususnya di barat, Indonesia masih dipandang sebagai salah satu contoh negara berpenduduk muslim yang paling sukses mempraktekkan demokrasi.

Tapi masalahnya, perlahan-lahan gambaran indah itu pudar.

Makin Tidak Toleran


Jajak pendapat Oktober 2012 yang dilakukan Lingkaran Survei Indonesia mengungkapkan fakta: masyarakat Indonesia semakin tidak toleran. Hampir setengah masyarakat Indonesia tidak suka hidup berdampingan dengan kelompok minoritas di dalam Islam: 46,6 persen tidak suka bertetangga dengan Ahmadiyah, dan 41,8 persen tidak nyaman hidup dengan pemeluk Syiah.

Survey ini memperlihatkan, sikap tidak toleran naik hampir dua kali lipat dalam tujuh tahun terakhir. Tahun 2005 sikap tidak toleran atas kelompok agama lain adalah 8,2 persen. Kini angka itu menjadi 15,1 persen. Lebih mencemaskan lagi, karena polling itu menemukan bahwa hampir satu dari empat orang Indonesia bisa mentolerir kekerasan untuk menegakkan apa yang mereka yakini sebagai prinsip agama.

Intoleransi

Hingga 2012 berakhir kasus Gereja Yasmin masih belum selesai. Rumah ibadah yang seharusnya dipakai untuk misa, disegel, karena dianggap ilegal oleh Walikota Bogor, Diani Budiarto. Mahkamah Agung, sebenarnya telah menyatakan bahwa pendirian GKI Yasmin sah. Tapi Walikota Bogor menolak keputusan lembaga tertinggi hukum itu.

Selanjutnya

No comments:

Post a Comment