Saturday, January 5, 2013

Kain Etnik Indonesia Semakin Mendapatkan Perhatian [Bagian 2]


Kain Etnik Indonesia Semakin Mendapatkan Perhatian - Oleh sebab itu, gerakan untuk melestarikan tenun Indonesia kini gencar dilakukan oleh berbagai pihak, seperti para perancang busana, organisasi pengadaan produk tenun, perusahaan, sampai pemerintah.

Linda Hamidy Grander, desainer asal Lombok, NTB, yang lulus Cum Laude pada 2001 dari Fashion Institute of Design and Merchandising (FIDM), San Francisco, Amerika, termasuk salah satu anak daerah yang peduli. Sebelum menggelar show di Hotel Mulia Jakarta, beberapa bulan lalu, Linda lebih dulu membawa tenun dalam berbagai produk ke Jepang atas pendampingan Jetro (Japan External Trade Organization).

Tenun Indonesia memang berpeluang besar meraih sukses di pasar internasional. Perancang Indonesia bahkan telah berusaha menyesuaikan rancangannya dengan selera internasional. Misalnya, Jeny Tjahyawati yang membuat “tiruan” kain tenun khas Nusa Tenggara Timur untuk koleksi busana bertema “Craftlore” yang diperagakannya di International Fair of Muslim World di Le Bourget, Paris, Perancis, Desember 2011. Jeny meniru model tenun NTT lalu memproduksinya melalui teknik digital printing untuk menghasilkan busana yang lebih ringan. Sebab, sebagian besar masyarakat di luar negeri lebih menyukai busana dari kain yang ringan saat digunakan.

Segala upaya pemerintah dan swasta untuk pelestarian tenun ini sedikit demi sedikit mulai menampakkan hasil. Yayasan Cita Tenun Indonesia, yang dibentuk oleh Ibu Okke Hatta, meraih anugerah bergengsi yang diselenggarakan oleh Fashion 4 Development (F4D), mitra dari United Nations Millennium Development Goals (UN MDGs) di The Pierre Hotel, New York City, September lalu.

Referensi:
Female @ Kompas, 2 Januari 2013

No comments:

Post a Comment