Friday, October 26, 2012

Penjual Tunik dan Gamis Mengungkapkan Sejarah di Balik Busana Rajutan [Bagian 2]


Penjual Tunik dan Gamis Mengungkapkan Sejarah di Balik Busana Rajutan - Sebelum abad ke-19, merajut masih menggunakan teknik yang sederhana, yaitu benang wol dibantu dengan dua stik hakken yang dilakukan dengan tangan. Dan, jadilah pakaian-pakaian hangat, topi, vest, dan baju-baju bayi.

Dunia semakin berkembang, muncul sebuah penemuan mesin rajut beserta industrinya di abad ke-19. Bahan-bahan dari rajutan ini menjadi terkenal di Eropa. Kemudian, mulailah para desainer melirik jenis bahan rajutan untuk busana olahraga pada musim dingin.

Semakin terkenal lah bahan rajutan ke seluruh dunia, khususnya negara-negara yang memiliki musim dingin. Pada tahun 1920-1930 rajutan merupakan jenis bahan yang sangat booming, dari sweater, jaket, vest, kardigan,  sampai baju untuk seragam para tentara Jerman pada saat Perang Dunia II.

Memasuki tahun 1950, pakaian dari bahan rajut mulai banyak perubahan, terutama pada motif, desain, dan juga tekstur. Pada penggunaan benang wol saja ada beberapa jenis benang yang bisa dimanfaatkan untuk membuat kain rajut, seperti benang katun, polyester, dan serat sutera, yang dipintal menjadi benang. Benang serat sutera membuat kain rajut yang dihasilkan menjadi sangat ringan.

Awalnya sebuah jaket rajut dibuat dengan lengan panjang tanpa kerah dan juga beberapa kancing di bagian depan. Model ini disebut juga sebagai cardigan. Nama kardigan  sendiri diberikan oleh Jam Thomas Brudnell (1797-1868) yang saat itu adalah pemimpin perang dari Inggris. Pada tahun 1920-1930 desainer Chanel ikut mempopulerkan kardigan  sebagai atasan yang dipadu dengan rok celana panjang atau short, dan menjadi icon Chanel sampai saat ini.

Selanjutnya

No comments:

Post a Comment