Budaya Peranakan Tiong Hoa Karya Trio APPMI (Bagian 1) Mendapatkan insipirasi dari kekayaan dan keunikan budaya peranakan, sebanyak tiga orang desainer yang tergabung dalam Asosiasi Perancang dan Pengusaha Mode Indonesia (APPMI), menggelar pagelaran busana yang bertema "Beauty Treasure". Para perancang busana tersebut adalah Jeanny Ang, Deden Siswanto dan juga Rudy Chandra. Pagelaran ini tercetus dari kekaguman mereka terhadap keharmonisan percampuran budaya antara Indonesia dan China.
Ide ini tercipta ketika mereka bertiga pergi ke Museum Peranakan di Singapura. Mereka melihat sebuah fakta bahwa Indonesia mempunyai pengaruh besar terhadap perkembangan budaya peranakan. Ide tersebut mereka wujudkan dalam peragaan busana yang mengangkat pengaruh busana peranakan untuk gaya berbusana modern masa kini.
Sebenarnya, ketiga desainer ini memiliki interpretasi yang berbeda dalam menerjemahkan budaya peranakan. Dalam fashion show, mereka menghadirkan koleksi busana peranakan yang dikemas dari sudut pandang, style dan spesialisasi mereka masing masing.
Tidak hanya itu saja, mereka juga mempunyai versi cerita masing masing tentang budaya peranakan. Berbagai versi cerita tersebut dihadirkan dalam satu rangkaian cerita yang saling berkaitan. Cerita tersebut menggambarkan tahap tahap kehidupan manusia. Satu kesamaan desain yang dihadirkan oleh ketiga desainer ini terlihat dalam penggunaan bordir yang berguna untuk mempertegas ciri Tionghoa dari busana busana mereka.
Fashion show dari trio desainer tersebut dibuka dengan memperagakan koleksi busana milik Jeanny Ang. Busana milik Jeany hadir dalam pilihan warna-warna busana cerah seperti pink, biru, kuning, hijau dan oranye. Koleksi ini Jeany peruntukkan bagi kaum muda. Busana ini terinspirasi dari festival lentera dalam budaya ChIna yang melambangkan pengharapan dalam cinta, hubungan manusia yang lebih baik, hubungan dengan alam, rejeki dan juga pengharapan dalam kualitas hidup suatu individu.
Bersambung
No comments:
Post a Comment